GAPUTA (Ganecha Putra Tama)adalah organisasi pencinta alam di SMA 3 Semarang,berawal dari beberapa anak SMA 3 Semarang yang suka naik gunung,yang kemudian membentuk KMPA (Kelompok Muda Pencinta Alam) berdiri pada tanggal 19 Agustus 1982.KMPA selanjutnya menyusun AD dan ART, dan mengusulkan BOPALA (Bojong Pencinta Alam)sebagai nama organisasi. Setelah melalui revisi beberapa kali (sekitar 1 tahun) akhirnya Bpk.Soetiman (kepala sekolah saat pada itu) memberi lampu hijau dengan syarat ditambahkan kegiatan SAR agar lebih dari pencinta alam biasanya. Pada 1 April 1984 dalam suatu upacara kecil Bpk. Soetiman meresmikan organisasi ini menjadi kegiatan ekstrakulikuler dengan nama Ganecha Putra Tama pencinta alam SAR (Gaputa SAR).


KENANG-KENANGAN MENDAKI GUNUNG

Posted on/at Rabu, Juni 24, 2009 by SET




Kupersembahkan :
Untuk semua Anggota GAPUTASAR yang tercinta.
Tetap Semangat .... Menuju Masa Depan !

*

Di awal tahun 1970 an Sejak Mapala UI dan Wanadri menyebarluaskan olah raga baru ini di tanah air beramai ramai anak muda mulai menjejakkan kaki-kakinya di gunung

Apa yang didapatkan dari kegitan yang cukup beresiko itu ?


Banyak orang yang tidak tahu pendakian itu bisanya dimulai malah hari jam10-11 malam
di saat orang-orang teridur lelap dalam buaian mimpi kaki-kaki mulai berjalan perlahan menyusur pematang kebun sawah mendaki dan mendaki lagi dengan berjalan 7 jam bisanya
kita akan mencapai puncak jam 5 subuh saat yang indah untuk menikmati terbitnya matahari
kadang di lembah antara dua gunung kami lihat kilat menyambar indahnya disamping kami
bila memasuki kebun Edelweiss akan meluap kegembiraaan kamiEdelweiss yang terkenal sebagai bunga abadi akan kami petik secukupnyauntuk menghisai meja belajar kami
dan mengingatkan selalu semangat pendakian selanjutnya
aku sendiri hanya pernah memberi Edelweis kepada seorang gadis yang sangat special
di kemudian hari 22 tahun ia mengatakan padaku tetap menyimpannya rapi-rapi bersama dua batu gunung( setidaknya sudah tinggal tempatnya barangkali ya … duh romantisnya )

Tipisnya kadar oksigen dan dinginnya udara adalah tantangan terbesar seorang pendaki
dan tentu saja setelah kepastian jalur pendakian dan jalur turun yang benar
kompas tentu kami bawa tapi jangan coba ditanya punyakan peta gunung
kalau kami kesesat selalu mengandalkan pelatihan sederhana dulu
ikutilah alur sungai , ia akan mengiringmu ke lembah
pernah kami berdelapan tidak mencapai puncak Gunung Sindoro kami berjam-jam hanya berputar di perut gunung sepakat kami putuskan untuk membatalkan pendakian
setelah malam kami beristrirah di antara perdu dan ilalang menunggu mataharipagirupanya kami tersesat …setelah sampai di bawah kami saling menatap dan tertawa : kami tetap gembira

Gunung yang tinggi apalagi mencapai puncak .... bukanlah tujuan kami
kami berlatih dari yang ringan , sedang hingga ke yang cukup tinggi
seorang pemula akan diajak ke Telomoyo untuk kemudian ke Ungaran
sebelum ke Sindoro , Merbabau, Lawu , Slamet ataupun Merapi
belum lagi setiap gunung memiliki tingkat kesulitan yang lain-lain
di Ungaran untuk menuju ke puncaknya akan kita jumpai ilalang setinggi ukuran manusia
di Merapi kumpulan batu yang rawan longsor hingga orang perlu berjalan menyamping
di Merbabau yang sering terbakar di musim panas sungguh kering dan gersang

Begitu kami datang biasanaya kami sesuaikan tubuh kami
dengan berjalan-jalan di sekitar pedesaaan
makanan yang kami bawa adalah makanan yang berenergi tinggi gula jawa yang manis juga kentang rebus nan murah adalah favorit kami
bungkus plastik kaki kita agar tak mudah tertembus embun menjaga kami tetap hangat mengingat kaki adalah nyawa kami
selalu kami ingatkan untuk tidak bercanda kalau berjalan harus berhati-hati kalau berjalan di samping kiri tebing, kalau menjatuhkan badan yo mesti ke kanan
sebab cidera kami akan menyulitkan diri sendiri juga teman sependakian juga
demikian dengan pakaian kami bila nanti turun hujan harus kami lakukan menjaga badan
tetap hangat karena energi terkuras habis adalah yang utama

Di ketinggian ular malah tidak hidup binatang yang kami jumpai adalah monyet
bahkan kadang harimau hitam nun jauh di ujung lembah sana
kalau ingat ini kami merasa ngeri dan berkata sendiri kok dulu berani ya
burung burung melayang dengan indahnya
di puncak tak banyak buah hanya pohon dengan dedaunan aneka warna
kadang kami menginap di gua gua kalau terjadi hujan lebat
lumut lumut yang terangkai di pepohonan hutan tropis itu sungguh indahnya
kami biasanya akan duduk berlama-lama menikmati itu semua
apalagi mendengar desau suara angin gunungtapi kami tak boleh tertidur
untuk menjaga stamina

Saat pulang tidak kalah pentingnya kami mesti berhati hati setelah tenaga terkuras habis
lelah letih mudah sekali terkilir apalagi jalan menurun
bila jatuh diingatkan agar tidak menahan badan dengan tangan
lebih berbahaya bila patah atau terkilir mendingan biar berguling guling
resiko terbesar lecet di kulit memang, tapi setidaknya mengurangi resiko
Menyanyi adalah cara kami memompa semangat
atau membaca puisi keras-keras untuk orang yang kita kangeni di bawah kota sana
kecuali mengibur sebetulnya juga mengurangi resiko kram mulut
merokok biasanya kami larang agar nafas cukup panjang
dan tidak menimbulkan kebakaran hutan
memakai balsem untuk mengahatkan badan juga tidak dianjurkanmalah
setelah itu akibanya akan semamkin dingin terasa

Diterpa kesulitan berbagai reaksi manusiawi akan muncul
ada yang pelit, ada yang butuh dimotivasi, ada yang menyesal ikut mendaki,
ada yang takut
di kemudian hari baru disadari kebayakan kesalahan orang ingin mendaki
karean ingin menunjukan kegagahan atau kehebatan ?
Melatih kesabaran, kekompakan, persahabatan adalah tujuan utama ternyata
dan tidak kalah pentingya kita dapat mengerti siapa diri kita sendiri
kesejatian diri ini muncul ketiak mengalami kesulitan
sebetulnya kita cuman mencari diri kita sendiri

Biasanya sebelum berangkat, di puncak tinggi dan setelah selamat sampai dibawah
kami berangkulan sambil menahan 30 kg tas gendong kami khusuk merenung dan berdoa, renungan dan doa ini yang menguatkan tekat kami
dan aspek spiritualitas terasa benar karean kami sungguh berkedakatan dengan kehidupan
Tuhan begitu hadir dan menyatu

ingat petikan puisi Soe Hok Gie yang diajarkan guru kami dulu
” Kami tabah tidak di awal saja,
atau di pertengahan saja
tapi kami tabah hingga akhir …. “

Begitu kenang-kenangan mendaki dulu,
Lagu Leo Kristi paling afdol dinyanyikan saat mendaki :
” Bukit cemara itu tampak masih gelap,
aku bangun pagi dalam sejuk dingin,
kugulung tenda nyalakan sisa unggun api …”

Salam Gunung,
Edelweiss Biru '79
( Setiyadi'84 )

source :
http://sepanjanglempong.wordpress.com/2008/09/11/kenang-kenangan-mendaki-gunung/
"BACA SELENGKAPNYA..."

GAPUTA SAR Albums

Posted on/at Minggu, Juni 21, 2009 by KIDSUNE_DANUBE




"BACA SELENGKAPNYA..."

Pelantikan Angkatan 28

Posted on/at Jumat, Juni 12, 2009 by KIDSUNE_DANUBE




tanggal:20-22 Juni 2009

tempat:Gunung Ngandong

-Bagi anggota yang ingin mengikuti dari awal,dapat kumpul di SMAN 3 SMG,tanggal 20 juni ,jam 1 siang.


CP
Annis : 085647431855
Dibta : 085640851591

"BACA SELENGKAPNYA..."