Suatu sore di tanggal 8 November 1964. Waktu istirahat kerja bakti di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Soe Hok Gie mengemukakan gagasan itu. Kepada kawan-kawannya, sesama mahasiswa sastra UI, ia mengatakan mau membentuk organisasi untuk kelompok-kelompok mahasiswa yang gemar keluyuran di alam bebas. Kebanyakan mereka anak-anak Arkeologi dan Antropologi yang memang tukang turun lapangan.
“Tudjuan Mapala ini adalah mentjoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa-mahasiswa untuk setjara djudjur dan benar-benar mentjintai alam, tanah air, raktjat dan almamaternja. Mereka adalah sekelompok mahasiswa jang pertjaja, bahwa patriotisme tidak dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan djendela-djendela mobil. Mereka pertjaja bahwa dengan mengenal rakjat dan tanah air Indonesia setjara menjeluruh, barulah seseorang dapat mendjadi patriot-patriot jang baik”. (Soe Hok Gie, Media cetak Bara Eka, 1965).
"Nasionalisme tidak akan tumbuh begitu saja hanya dengan hormat kepada bendera, tetapi Nasionalime akan lahir dan tertanam dengan Melihat, Merasakan Alam di Tanah air INDONESIA,karena itulah Kami Mendaki GUNUNG"
"BACA SELENGKAPNYA..."